Rabu, 22 Oktober 2008

Aku bisa Mencerdaskan BangsaKU


Diikat Rampok di Pohon, Sedih Novel Coelho Melayang


Buku adalah jendela dunia. Berpedoman pada ungkapan tersebut, Luis Soriano mau bersusah payah ''menjajakan'' perpustakaan keliling desa, ditemani dua keledainya, Alfa dan Beto. Ritual yang dia lakoni tiap akhir pekan itu sukses membukakan wacana masyarakat miskin La Gloria di pedalaman Karibia, Kolombia Utara.

"Saya memulainya dengan 70 buku. Kini, buku koleksi saya sudah lebih dari 4.800 buah," kata Soriano sambil memasangkan kantong berisi buku di punggung dua keledainya akhir pekan lalu. Di antara kantong-kantong tersebut dia menyelipkan papan bertulisan Biblioburro warna biru. Koleksi buku yang dia pilih sore itu, antara lain, adalah Anaconda karya Horacio Quiroga dan Jungle Book karangan Rudyard Kipling.

Selain buku-buku fiksi yang banyak disukai remaja dan anak-anak pedalaman, pria 36 tahun itu juga membawa buku-buku penunjang pendidikan. Salah satunya kamus bahasa Spanyol, Dictionary of the Royal Academy of the Spanish�Language. "Semuanya berawal dari kebutuhan, yang lantas meningkat menjadi kewajiban, dan selanjutnya menjadi kebiasaan. Sekarang, ini merupakan sebuah lembaga," papar Soriano.

Di rumahnya, tumpukan buku yang dikoleksi bapak tiga anak itu sudah hampir menyentuh atap rumah. Sebagai guru yang bertekad kuat mencerdaskan bangsa, Soriano tidak pernah berhenti menjajakan buku-buku koleksinya untuk dibaca warga.

Kegiatan rutin yang dilakukan Soriano selama hampir satu dekade terakhir itu menjadikan pria sederhana tersebut "selebriti" di wilayahnya. Proyek biblioburro-nya yang mirip perpustakaan keliling tersebut pun mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Pakar-pakar sastra Kolombia memuji proyek mulia Soriano. Bahkan, kisah guru sekolah dasar itu akan segera diabadikan dalam film dokumenter garapan Carlos Rend�n�Zipaguata.

Gagasan mengemas perpustakaan dalam bentuk biblioburro tersebut muncul di benak Soriano setelah dia merasakan sendiri kekuatan buku. "Dengan membaca buku, murid-murid saya mampu mengubah sikap mereka ke arah yang lebih baik," ujarnya. Meskipun La Gloria termasuk wilayah rawan dan tidak jarang menjadi ajang konflik terbuka, anak-anak didik Soriano tetap setia menunggu biblioburro melintas.

Di setiap perhentian, anak-anak kecil berkumpul menantikan Soriano, dua keledai, dan tumpukan buku bawaannya. Dengan setia, mereka menunggu sang guru datang untuk sekadar membacakan buku cerita. Selanjutnya, anak-anak itu pun berebut memilih buku-buku cerita yang bisa mereka pinjam. Lantas, ketika Soriano melintas lagi pekan berikutnya, mereka akan mengembalikan buku-buku yang dipinjam dan mengganti dengan yang baru.

Tapi, sebuah kecelakaan kecil Juli lalu membuat beberapa koleksi buku Soriano tidak kembali. Saat itu, pria berhati mulia tersebut jatuh dari keledai dan mengalami patah tulang. Selama beberapa pekan, dia tidak bisa menjalankan proyek biblioburro-nya. "Dua buku yang hilang belum lama ini adalah manual pendidikan seks bergambar dan salinan novel Laura Esquivel berjudul Like Water for Chocolate," ujar Soriano.

Medan berliku La Gloria yang disukai penyamun juga pernah membuat Soriano menjadi korban perampokan sekitar dua tahun lalu. Bersama dua keledainya, pemilik warung makan La Cosa Pol�tica itu disandera. Mendapati Soriano tidak berharta dan tidak memiliki sepeser uang pun, bandit-bandit jalanan tersebut lantas mengikat dia di sebuah pohon. Dia kehilangan novel berjudul Brida karya Paulo Coelho. "Untuk alasan-alasan tertentu, Coelho menjadi penulis yang paling digemari para pembaca," ujarnya.

Pengalaman buruk yang menghiasi proyek mulianya itu tidak membuat Soriano menyerah. Dia bahkan mendapatkan suntikan dana dari Cajamag, institusi finansial setempat, untuk mendirikan perpustakaan. Sayang, pembangunan perpustakaan itu masih belum rampung lantaran keterbatasan dana.

Tidak ada komentar: